Senin, 18 Januari 2021

Kaidah Dosa Besar dan Dosa Kecil

Dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah menunjukkan bahwa dosa terbagi menjadi dosa besar (al-kab`air) dan dosa kecil (ash-shagha`ir). Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS. Asy-Syura: 37).


Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An-Nisa`: 31).


Allah Ta’ala juga berfirman:

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya” (QS. An-Najm: 32).


Juga dalil-dalil As-Sunnah, menunjukkan adanya pembagian dosa besar dan dosa kecil. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصَّلاةُ الخمسُ والجمعةُ إلى الجمعةِ كفَّارةٌ لما بينَهنَّ ما لم تُغشَ الْكبائرُ

Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke shalat Jum’at selanjutnya, menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233).


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

اجتنبوا السبعَ الموبقاتِ . قالوا : يا رسولَ اللهِ ، وما هن ؟ قال : الشركُ باللهِ ، والسحرُ ، وقتلُ النفسِ التي حرّم اللهُ إلا بالحقِّ ، وأكلُ الربا ، وأكلُ مالِ اليتيمِ ، والتولي يومَ الزحفِ ، وقذفُ المحصناتِ المؤمناتِ الغافلاتِ

Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab, ‘syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina’” (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89).


Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma mengatakan:

الكَبائرُ تِسْعٌ: الإشراكُ باللهِ، وقَتْلُ نَسَمَةٍ، والفِرارُ مِنَ الزَّحفِ، وقَذْفُ المُحْصَنةِ، وأكْلُ الرِّبا، وأكْلُ مالِ اليتيمِ، وإلحادٌ في المسجدِ، والَّذي يَستَسخِرُ، وبُكاءُ الوالدينِ مِنَ العُقوقِ

Ada 9 dosa besar: syirik kepada Allah, membunuh jiwa, kabur dari perang, menuduh wanita baik-baik berzina, makan riba, memakan harta anak yatim, melakukan penyimpangan di masjid, tidak membayar upah pekerja, membuat orang tua menangis karena perbuatan durhaka” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad 12/15, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad no.6).


Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan adanya dosa besar, maka mafhum-nya dosa-dosa selain dosa besar maka termasuk dosa kecil.

Kaidah Dalam Membedakan Dosa Besar Dan Dosa Kecil

Para ulama banyak menyebutkan dhawabith (kaidah) dalam membedakan dosa besar dengan dosa kecil. Diantara dhawabith dosa besar dan dosa kecil yang disebutkan para ulama adalah:


1. Dosa besar adalah yang disebutkan sebagai dosa besar oleh Allah dan Rasul-Nya

Semua dosa yang disebutkan secara tegas oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai dosa besar atau perbuatan yang membinasakan maka ini adalah dosa besar. Juga yang disepakati oleh para ulama sebagai dosa besar. Al-Qurthubi mengatakan:

كُلّ ذَنْب أُطْلِقَ عَلَيْهِ بِنَصِّ كِتَاب أَوْ سُنَّة أَوْ إِجْمَاع أَنَّهُ كَبِيرَة أَوْ عَظِيم

“Dosa besar adalah dosa yang dimutlakkan oleh nash Al-Qur`an dan As-Sunnah atau ijma’ sebagai dosa besar” (Fathul Baari, 15/709).


Maka setiap dosa yang disebutkan oleh Allah atau oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai dosa besar, maka itu dosa besar. Sebagaimana dalam beberapa hadits di atas, disebutkan beberapa dosa besar di antaranya syirik, sihir, membunuh, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina, membuat orang tua menangis, dan lainnya.


2. Dosa besar adalah setiap dosa yang diancam neraka, atau kemurkaan, atau laknat atau adzab

Dosa besar adalah dosa yang pelakunya diancam dengan adzab neraka, kemurkaan Allah atau laknat, serta pelakunya disifati dengan kefasikan. Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma ketika menafsirkan surat An-Nisa`: 31 di atas, beliau berkata:

الكبيرة كل ذنب ختمه الله بنار، أو غضب، أو لعنة، أو عذاب

“Dosa besar adalah yang Allah tutup dengan ancaman neraka, atau kemurkaan, atau laknat atau adzab” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/282).


Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:

كُلّ ذَنْب نَسَبَهُ اللَّه تَعَالَى إِلَى النَّار فَهُوَ كَبِيرَة

“Setiap dosa yang Allah gandengkan dengan neraka maka itu adalah dosa besar” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/285).


3. Dosa besar adalah yang terdapat hukuman khusus

Termasuk dosa besar, perbuatan yang dilarang oleh syariat dan digandengkan dengan sebuah hukuman tertentu, tidak sekedar dilarang. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengatakan:

الكبائر هي ما رتب عليه عقوبة خاصة بمعنى أنها ليست مقتصرة على مجرد النهي أو التحريم، بل لا بد من عقوبة خاصة مثل أن يقال من فعل هذا فليس بمؤمن، أو فليس منا، أو ما أشبه ذلك، هذه هي الكبائر، والصغائر هي المحرمات التي ليس عليها عقوبة

“Dosa besar adalah yang Allah ancam dengan suatu hukuman khusus. Maksudnya perbuatan tersebut tidak sekedar dilarang atau diharamkan, namun diancam dengan suatu hukuman khusus. Semisal disebutkan dalam dalil ‘barangsiapa yang melakukan ini maka ia bukan mukmin’, atau ‘bukan bagian dari kami’, atau semisal dengan itu. Ini adalah dosa besar. Dan dosa kecil adalah dosa yang tidak diancam dengan suatu hukuman khusus” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi libni Al-‘Utsaimin, 2/24, Asy-Syamilah).


4. Dosa yang dinafikan pelakunya dari keimanan atau dari umat Nabi

Dosa besar adalah dosa yang pelakunya dikatakan tidak beriman atau dianggap bukan bagian dari umat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan:

وضابطها – يعني : الكبيرة – ما قاله المحققون من العلماء: كل ذنب ختمه الله بنار، أو لعنة، أو غضب، أو عذاب. زاد شيخ الإسلام – يعني: ابن تيمية -: أو نفي الإيمان. قلت: ومن برئ منه رسول الله صلى الله عليه وسلم ، أو قال: ليس منا من فعل كذا أو كذا

“Kaidah dosa besar, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama muhaqqiqin, adalah setiap dosa yang Allah gandengkan dengan laknat, atau kemurkaan atau adzab. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menambahkan: juga yang terdapat penafian keimanan. Menurutku juga, termasuk dosa yang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berlepas diri darinya, atau Nabi mengatakan: bukan golongan kami yang melakukan ini dan itu” (Fathul Majid, 418).

5. Dosa yang terdapat hukuman hadd-nya


Dosa besar adalah semua dosa yang terdapat hukuman hadd-nya di dunia. Ibnu Shalah rahimahullah mengatakan:

لَهَا أَمَارَات مِنْهَا إِيجَاب الْحَدّ , وَمِنْهَا الْإِيعَاد عَلَيْهَا بِالْعَذَابِ بِالنَّارِ وَنَحْوهَا فِي الْكِتَاب أَوْ السُّنَّة , وَمِنْهَا وَصْف صَاحِبهَا بِالْفِسْقِ , وَمِنْهَا اللَّعْن

“Dosa besar ada beberapa indikasinya, di antaranya diwajibkan hukuman hadd kepadanya, juga diancam dengan azab neraka atau semisalnya, di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian juga, pelakunya disifati dengan kefasikan dan laknat ” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/285).


Syaikh Muhammad bin Ibrahim juga menjelaskan:

ما توعد عليه بغضب، أو لعنة، أو رتب عليه عقاب في الدنيا، أو عذاب في الآخرة

“Dosa besar adalah dosa yang diancam dengan kemurkaan Allah, atau laknat, atau digandengkan dengan suatu hukuman di dunia, atau dengan suatu adzab di akhirat” (Fatawa war Rasail, 2/54).


Konsekuensi Dosa Besar


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ما منِ امرئٍ مسلمٍ تحضرهُ صلاةٌ مكتوبةٌ . فيُحسنُ وضوءَها وخشوعَها وركوعَها . إلا كانتْ كفارةً لما قبلها منَ الذنوبِ . ما لمْ يؤتِ كبيرةً . وذلكَ الدهرَ كلَّهُ

Tidaklah seorang Muslim menghadiri shalat wajib (di masjid), ia membaguskan wudhunya dan membaguskan khusyuk serta rukuknya, kecuali itu semua menjadi kafarah (penghapus) dosa-dosanya yang telah berlalu, selama ia tidak mengerjakan dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang masa” (HR. Muslim no. 228).

 

Al Imam An-Nawawi menjelaskan hadits ini:

مَعْنَاهُ أَنَّ الذُّنُوبَ كُلَّهَا تُغْفَرُ إِلَّا الْكَبَائِرَ فَإِنَّهَا لَا تُغْفَرُ … قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ هَذَا الْمَذْكُورُ فِي الْحَدِيثِ مِنْ غُفْرَانِ الذُّنُوبِ مَا لَمْ تُؤْتَ كَبِيرَةٌ هُوَ مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَأَنَّ الْكَبَائِرَ إِنَّمَا تُكَفِّرُهَا التَّوْبَةُ أَوْ رَحْمَةُ اللَّهِ تَعَالَى وَفَضْلُهُ

“Maknanya bahwa semua dosa akan diampuni (karena amalan tersebut) kecuali dosa besar. Adapun dosa besar tidak diampuni (dengan sebatas amalan tersebut) … Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa yang disebutkan dalam hadits, yaitu keyakinan bahwa dosa-dosa akan diampuni selama bukan dosa besar, ini adalah keyakinan Ahlussunnah. Dan dosa besar itu hanya dapat dihapuskan dengan taubat atau dengan rahmat dari Allah Ta’ala dan keutamaan dari Allah” (Syarah Shahih Muslim lin Nawawi, 3/112).


Juga Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصَّلاةُ الخمسُ والجمعةُ إلى الجمعةِ كفَّارةٌ لما بينَهنَّ ما لم تُغشَ الْكبائرُ

Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke shalat Jum’at selanjutnya, menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233).


Dan hadits-hadits yang menyebutkan penghapusan dosa karena amalan shalih semisal ini banyak.


Maka dosa kecil itu akan pupus dan akan hilang dengan sendirinya jika seseorang melakukan amalan-amalan shalih. Namun tidak demikian pada dosa besar. Dosa besar hanya bisa hilang jika pelakukan bertaubat nasuha.


Demikian paparan ringkas ini, semoga bermanfaat. Wabillahi at taufiq was sadaad.

Read more...

Rabu, 22 April 2020

KEUTAMAAN AMAL SHOLEH BERDASARKAN IMAN YANG BENAR


IMAN DAN AMAL SHOLEH
·          
 Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisa : 124)

Seringkali Allah menggandengkan iman dan amal salih dalam ayat-ayat Al-Quran. Ini mengindikasikan bahwa kedua perkara tersebut sangat berkaitan erat. Orang yang beramal shalih akan diterima ketika amal tersebut dilandasi dengan keimanan yang benar sebagaimana petunjuk Allah Ta’ala dan sunnah Rasul-Nya. Sedangkan amal yang banyak dan beragam dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah akan sia-sia belaka ketika dilakukan tanpa landasan ilmu yang benar. Lebih merugi lagi tatkala amal yang dilakukan tanpa faktor iman dan ikhlas.

Amal salih adalah amal yang mengikuti petunjuk Allah (Al-Quran) dan sunnah Nabi-Nya. Artinya, amal salih itu ialah setiap amal yang disyariatkan oleh Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik itu amal yang wajib maupun yang sunnah. Oleh karena itu, untuk bisa beramal salih juga disyariatkan adanya ilmu. Tanpa ilmu yang benar, bisa jadi kita akan melakukan amal yang salah (bukan amal salih), sebagaimana iman juga disyariatkan dengan ilmu yang benar (Tafsir Ibnu Katsir, 2/566).

Syaikh As-Sa’di menuturkan, “(Amal salih) Ini mencakup seluruh perbuatan baik lahir maupun batin, yang berkaitan dengan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya, yang wajib dan yang dianjurkan” (Tafsir As-Sa’di, 7/633).

Jadi, amal shalih dapat mengantarkan hamba pada keridhaan Allah tatkala hamba tersebut tidak mempersekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya. Dua rukun amal yang diterima Allah adalah ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebagaimana dalam surah Al-Kahfi ayat 110, Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.

Seorang muslim hendaknya memperkokoh benteng aqidah agar tauhidnya lurus dan selaras dengan syariat Islam. Juga terus belajar untuk ikhlas dalam beramal untuk mengharapkan ridha-Nya dan berupaya merealisasikan ittiba’ sehingga hati selamat dari hawa nafsu. Tak perlu berkecil hati jika amal kita secara kuantitas masih kecil dan sedikit.

akinlah bahwa selama dilakukan sesuai syarat-syaratnya, insyaallah berpahala dan bertabur barakah. Kita tak tahu dari sekian amal salih yang kita lakukan, yang manakah dari amal-amal tersebut yang diterima Allah Ta’ala. Sungguh taufik dan karunia dari Allah ketika kita dimudahkan jalan dalam beramal shalih. Seorang mukmin harus senantiasa memohon petunjuk-Nya agar segala yang dilakukan selaras dengan perintah syariat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sebagian salaf berkata, ‘Tidak ada satu perbuatan pun meskipun kecil kecuali pelakunya akan ditanyakan dengan pertanyaan, ‘Mengapa engkau melakukannya? Dan bagaimana engkau melakukannya?’’ (Ighatsatul Lahafan, juz I hal. 13).



AMAL SHALIH DAN KEUTAMAANNYA YANG BANYAK


Allah berfirman : Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku (Q.S adz Dzaariyat 56).

Itulah diantara pendorong bagi hamba hamba yang  beriman untuk selalu berlomba melakukan amal shalih.  Beribadah dengan sebenar benarnya sebagai bukti pengabdiannya kepada Allah Ta’ala. Sungguh iman yang melahirkan amal shalih akan menyelamatkan seorang hamba. Allah akan memberikan banyak kebaikan dan  keutamaan kepadanya.  Bisa berupa  kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat kelak.
Dalam al-Qur‟an iman dan amal saleh disebutkan sebanyak 62 kali dalam 37 surat.72 Penempatan kata iman dan amal saleh mempunyai kedudukan penting dalam al-Qur‟an, karena kedua hal ini saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Iman merupakan konsep keyakinan terhadap Allah swt, sedangkan amal saleh merupakan perbuatan baik yang berlandaskan keimanan.

Diantara kebaikan dan keutamaan  yang  telah dijanjikan Allah Ta’ala kepada orang beriman yang melakukan amal shalih adalah :  

Pertama :Allah akan mendatangkan rizki yang baik.
Allah akan mengkaruniakan kehidupan yang baik kepada orang beriman dan beramal shalih dengan cara memberikan rizki yang halal dan baik.  
Sungguh Allah Ta’ala berfirman : “Maka bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia”. (Q.S al Haj 50)

Kedua : Allah akan memberikan derajat yang tinggi.
Seorang hamba yang beriman dan beramal shalih akan memperoleh tempat yang tinggi. Allah Ta’ala berfirman : “Tetapi barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan  telah mengerjakan amal shalih, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi  (mulia)”. Q.S Thaha 75).

Ketiga : Akan dibalas dengan yang lebih baik bahkan berlipat ganda.
Allah berfirman : “Man jaa-a bil hasanati fa lahuu khairun minhaa”. Barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan maka dia mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu. (Q.S al Qashash 84).

Allah berfirman : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui”.(Q.S al Baqarah 261)

Keempat : Mendapat petunjuk.
Sungguh seorang hamba akan memperoleh petunjuk tersebab keimanan dan amal shalihnya.
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, niscaya diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya, Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir di bawahnya  sungai sungai. (Q.S Yunus 9)

Kelima : Memperoleh   rahmat Allah.
Diantara keutamaan beriman dan beramal shalih adalah memperoleh rahmat atau kasih sayang Allah. Allah berfirman : “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”. (Q.S al Jatsiah 30)

Keenam : Memperoleh pahala yang sempurna.
Sungguh orang beriman dan beramal shalih akan memperoleh pahala yang sempurna yaitu sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :  “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (Q.S Ali Imran 57).

Ketujuh : Sebagai penghapus dosa
Amal shalih yang dilandasi iman akan menghapuskan dosa seorang hamba. Allah berfirman : “Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (Q.S al Ankabut 7).

Disamping itu, perbuatan baik atau amal shalih  akan  melebur dosa sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam : “Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah di manapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”. (H.R Imam Bukhari)  

Kedelapan :  Sebaik baik makhluk dan Allah ridha kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman : “Sungguh, orang orang yang beriman dan beramal shalih mereka itu adalah sebaik baik makhluk. Balasan mereka disisi Rabb mereka ialah surga ‘And yang mengalir di bawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang orang yang takut kepada Rabb-nya”. (Q.S al Baiyinah 7-8)

Kesembilan : Menjadi penghuni surga
Allah Ta’ala menjanjikan surga bagi orang yang beramal shalih yang dilandasi iman. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan merendahkan diri kepada Rabb mereka, mereka itu adalah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Huud 23).

Allah Ta’ala berfirman : “Wa basysyiril ladziina aamanuu wa ‘amilush shalihaati anna lahum jannatin tejrii min tahtihal anhaar” . Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai.  (Q.S al Baqarah 25)

Itulah sebagian keutamaan dan kebaikan yang akan diperoleh orang yang beramal shalih dengan dilandasi iman yang benar. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. 




untuk lebih jelasnya bisa lihat video dibawah ini...!!!

Read more...

Kamis, 16 April 2020

Materi B. inggris kelas 8 dan 9

Materi PJJ kelas 8 dan 9
(Comparative Adjectives)

Silahkan Simak Video Berikut Ini!




Selanjutnya silahkan buat Resume atau Rangkuman berdasarkan video diatas.

Terima kasih

Selamat mengerjakan!
Read more...

Jumat, 10 April 2020

Praktek Prakarya

PRAKTEK MEMBUAT MAKANAN DAN MINUMAN SEHAT
PENANGKAL VIRUS DAN PENAMBAH DAYA TAHAN TUBUH































Read more...

Sabtu, 04 April 2020

Materi Bahasa Inggris Kelas 9


Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
SMP Al Ihsan Cimencrang
Materi Recount Text
Latihan per/subtema


Answer the following question by cross A, B, C and D!
Read more...

Kamis, 02 April 2020

Tugas Bahasa Sunda Kelas 7

SMP Al Ihsan Cimencrang

MATERI BASA SUNDA SAJAK

(PENGERTIAN, ASAL USUL, UNSUR, CONTO SAJAK)

Materi Basa Sunda Sajak. Hidep kungsi apal Godi Suwarna, Taufik Ismail, jeung Chairil Anwar? bener, opatanana teh sastrawan. Opatana ge penyair, opatanana ge sohor ku ku kaparigelanana dina ngarang jeung maca sajak.dina bahasa indonesia mah disebutna puisi. ngan aya bedana, ari WS rendra, Chairil Anwar jeung Taufik Ismail mah sohor dina maca sajak Indonesia. Ari Godi Suwarna mah sohorna teh dina maca sajak basa sunda.hidep kungsi nempo Godi Suwarna waktu ker maca sajak? mun acan,paluruh dina internet atawa tanyakeun ka ibu/bapa guru,vidio atawa kaset maca sajak godi suwarana.mun ges nempo,cing kumaha rarasaan hidep? bandingkeun jeung sastrawan anu maca sajak dina basa indonesia.naha karasa aya bedana?
Hidep tangtu di SD jeung SMP/MTS geus diwanohkeun guru guru kana perkara sajak.kumaha wangun tulisanana,kumaha cara macana,malah mungkin wae di antara hidep aya nu geus kungsi milu pasanggiri maca sajak. tah, ayena urang neuleuman deui perkara sajak sunda.kumaha wangun tulisanana,kumaha adegan atawa unsur-unsurna,jeung nu leuwih penting hideup kudu daria diajar nulis sajak jeung ngaragakeun atawa ngadeklamasikeun sajak. Mudah-mudahan di antara hidep aya nu kabiruyungan jadi sastrawan, pangpangna jadi pangarang sajak atawa panyaca sajak.
A. MATERI BASA SUNDA SAJAK
1. WANGENAN SAJAK
Hidep kungsi nempo penyair anu ngagalantangkeun sajak? Hidep kungsi ngilu pasanggiri ngagalantangkeun sajak? Lamun enggeus, tangtu hidep boga pangalaman anu mandiri. Lamun acan, tangtu hidep bisa diajar. Memeh prung ngagalantangkeun sajak, ayeuna urang guar heula perkara sajak.
Naon ari puisi? Dina sastra Indonesia, nu disebut puisi teh sarua hartina jeung sajak dina sastra Sunda. Ari dina sastra Sunda, puisi teh hartina lega pisan, ngawengku sababaraha jenis karya sastra, kaasup sajak, mangrupa bagian tina puisi.
Leuwih jelasna, nu dimaksud dina puisi dina sastra Sunda nyaeta wanda basa karangan anu rakitanana biasana mah pinuh ku wirahma, kauger ku wangunana jeung ku diksina: lain dina ungkara kalimah cara dina basa sapopoe atawa cara mangun prosa. Puisi Sunda teh rea rupana, aya nu kagolong puisi heubeul (buhun, tradisional) jeung aya nu kagolong kana puisi anyar. Puisi heubeul aya nu ngawujud carita, naratif (carita pantun, wawacan). Aya anu henteu ngawujud carita; rupa-rupa puisi mantra (jangjawokan, singlar, jampe, asihan), sisindiran (rarakitan, paparikan, wawangsalan) , kakawihan (barudak), sa’ir (pupujian, sawer, jst), pupuh (dangding, guguritan). Ari anu kaasup puisi anyar nyaeta sajak.
Cindekna, sajak nyaeta salah sahiji sastra Sunda anu direka dina wangun basa ugeran (puisi). sanajan ditulis dina wangun ugeran, tetela sajak mah teu pati kauger ku patokan-patokan jumlah engang saban padalisan jeung jumlah padalisan dina saban pada saperti dina pupuh atawa sisindiran.
2. KAMEKARAN SAJAK SUNDA
Dumasar kana asal-usulna, sajak teh mangrupa karya sampeuran anu jplna tina sastra deungeun, nyaeta pangaruh tina sastra Eropa. Eta karya teh asup tur jadi banda sastra Sunda di mimiti kira-kira taun 1946, nalika para pangarang Sunda, hususna pangarang ngora, mimiti kasengsrem tur mikaresep ngareka basa dina wangun sajak. Pangarang Sunda anu naratas gelarna sajak nyaeta Kis WA.
Sabada ditaratas ku Kis WS, sajak Sunda terus mekar nepika kiwari. Lian tina rea sajak anu dimuat dina majalah jeung koran basa Sunda, saperti Mangle, Cupumanik, Galura, jeung Koran Sunda, oge rea karya anu geus dibukukeun mangrupa antologi. Sababaraha judul buku kumpulan sajak Sunda jeung pangarangna, diantarana : Lalaki di Tegal Pati karya sayudi (1963), Jante Arkidam karya Ajip Rosidi (1967), Tepung di Bandung karya Rahmat M.Sas. Karana, Wasiat konglomerat karya Taufik Faturohman, Lalaki Langit karya Juniarso Ridwan, Jagat Langit karya Godi Suwarna, Maung Bayangan karya Etti R.S,  Jamparing Hariring karya Dedy Windyagiri, Aya Naon di Cinaon karya Wahyu Wibisana, Kidang Kawisaya karya Retty Isnendes, Katiga karangan Yayat Hendayana (1957), Gondewa karangan Etty RS (1987), Jiwalupat karangan Godi Suwarna (2007), jeung rea deui.
3. ADEGAN (STRUKTUR; UNSUR) SAJAK
Sajak teh mangrupa ungkara pikiran, rasa jeung gagasan pangarang, nu ditepikeun pikeun ngagambarkeun hiji pasualan. Eta pasualan teh asalna bisa dina kanyataan kahirupan sapopoe, bisa oge ukur reka cipta pengarang sabada ngaliwatan proses imajinasi jeung kontemplasi, anu satuluyna dijanggelekkeun dina wangun rakitan basa anu endah.
Biasana sajak mah ditulis dina wangun ungkara konotatif (kiasan). Ku kituna sajak mah aya kalana hese dipikahartina, lantara ari ungkara konotatif mah loba salib jeung siloka. Beda jeung harti denotatif anu ngungkabkeun harti sajalantrahna. Tapi najan kitu, tetep we unggal sajak mibanda ma’na jeung amanat keur nu macana. Ku kituna, tangtu bae sajak teh mibanda unsur-unsur pangwangun anu ngadeudeul kana jenglengan rumpakana eta. Eta unsur-unsur teh diantarana:


a. Jejer (Tema)
Tema teh gagasan poko anu rek ditepikeun ku pangayak ka nu maca. Tema dina sajak rupa-rupa, aya tema kaagamaan, kamanusiaan, cinta ka lemah cai, jste. Upamana wae sajak “Tanah Sunda” di luhur teh nyaritakeun kaayaan tanah Sunda anu keur harengheng. Jadi bisa dicindekkeun temana teh ngeunaan cinta ka lemah cai (sarakan).
b. Nada jeung Suasana
Nada teh sikep pangayak ka n maca. Tina sikep pangayak ngabalukarkeun ayana suasana nu karasa ku nu macca. Geura titenan pada sempalan sajak “Tanah Sunda” ieu di handap.
Hejo pagunungan paul lautan
Taya kamarasan ngan katugenahan
Hejo pagunungan paul lautan
Taya katengtreman ngan ancaman
Dumasar pada sajak di luhur, katangen sikep pangajak teh hayang ngabejaan ka nu maca yen najan tanah Sunda teh endah, tapi tetep hendteu tengtrem tur loba ancaman. Tina sikep eta urang salaku nu maca bisa ngarasa keueung jeung ngahanjakalkeun ku kaayaan kitu.
c. Rasa
Rasa teh ngajiwaan eusi sajak. Rasa dina sajak bisa kapanggih sabada dibaca. Naha dibacana teh digorowokeun, digalantangkeun, dihariringkeun atawa dilenyepan dina jero hate. Sajak “Tanah Sunda” upamana, moal kapanggih rasa eusina mun dibacana ukur dina jero hate. Sabalikna baris kapanggih tur karasa kumaha keueungna, mun macana digorowokeun atawa digalantangkeun.
B. NGAGALANTAKEUN SAJAK
Ieu dihandap aya teks sajak. Pek ku hidep ngagalantakeun di hareupeun babaturan sakelas. Bagilir wae saurang-saurang, anu sejenna ngaregepkeun sing daria.






 TANAH SUNDA
Karya : Ajip Rosidi
Héjo pagunungan
Paul lautan
Héjo
Paul
Langit na haté kuring
Masing dimana kuring nangtung
Masing kamana kuring leumpang
Tanah lémbok tempak bumetah
Angin nyeot nyiuman tarang

Masing dimana anjeun nunjuk
Masing iraha anjeun cumeluk
Kuring mo mumpang , kuring rék datang
Neueulkeun tarang , neueulkeun jantung

Kuring tungtung teteupan
Kuring tungtung
Teteupan
Tuntung bedil
Ngincer dada

Kuring geus nyaksian getih ngabayah
Getih maranehna nu mikacinta anjeun
Kuring geus nyaksian panon carelong tanggah
Jasadnu ruksak ngalungsar na dada anjeun

Héjo pagunungan , paul lautan
Taya kamarasan ngan katugenahan
Héjo pagunungan , paul lautan
Taya katengtreman , ngan ancaman !

Read more...
 
IBS © 2020